KISARAN– Saat ini, masyarakat Asahan kecewa berat. Sudah dua minggu ini, BBM jenis premium hilang di pasaran. Soal ketidaknyamanan ini, Pertamina memohon maaf. Pasokan terkendala karena armada masih dalam perjalanan ke Kisaran.
Selama BBM jenis premium kosong, para pengendara dengan berat hati beralih ke BBM (bahan bakar minyak) jenis pertalite. Bagi yang mampu, beli pertamax.
Sejumlah pengendara yang ditemui wartawan di sejumlah SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum) di Kota Kisaran, berkeluh kesah. Terutama para abang becak. Mereka berharap kelangkaan BBM premium tidak berlangsung lama.
‘’Kalau pakai premium, tentu lebih hemat. Ini pertalite harganya mahal,” keluh Jufri, seorang abang becak yang biasa mangkal di Jalan Imam Bonjol ini, Selasa (22/11).
Jufri mengaku sudah keliling ke beberapa SPBU di Jalan Imam Bonjol dan SPBU di jalan lintas Kisaran-Rantauprapat, sama sekali tidak ada BBM premium. Saat METRO ASAHAN menanyakan hal itu, salahseorang petugas SPBU di jalan lintas Kisaran-Rantauprapat menyebutkan, sudah dua minggu mereka tidak menjual BBM premium.
‘’Kalau tak percaya, silakan saja cari di daerah sini,” kata salah seorang pekerja SPBU yang namanya enggan disebutkan.
Irwansyah Siagian SE, Anggota Komisi B DPRD Asahan, mengaku bingung jika sampai terjadi kelangkaan BBM premium di Kisaran. Dia meminta Pemkab Asahan harus memberikan penjelasan konkrit terkait hilangnya premium di SPBU Asahan.
‘’Ini dampak sangat berpengaruh terhadap perekonomian di Asahan. Pemerintah harus bicara,” tegasnya.
Ia khawatir, kelangkaan BBM premium dalam jangka waktu lama, akan menimbulkan gejolak di tengah-tengah masyarakat.
“Ini tidak biasa dibiarkan,” pungkasnya.
‘’Secepatnya, harus diantisipasi,” tandasnya.
Sementara, salahseorang pengusaha SPBU di Kota Kisaran, ketika ditanya komentarnya terkait kelangkaan BBM jenis premium, mengaku sama sekali tidak masalah. Justru, pengusaha SPBU yang memohon jati dirinya tidak disebutkan itu mengaku senang.
‘’Menjual Pertalite, untungnya lebih besar. Pasokannya juga lancar,” ujarnya.
Berbeda dengan BBM jenis premium, menurutnya, keuntungannya tipis. Selain pasokannya terbatas, para pengelola SPBU juga tidak bisa sembarang menjual BBM bersubsidi itu.
‘’Misalnya, kalau Pertalite kita bebas menjualnya ke par_along-along (pengecer, red). Coba kalau jual premium, urusannya ke polisi,” ujarnya.
Sebagai pengusaha, tentu tidak ingin mengambil resiko berurusan dengan penegak hukum. Terpenting itu berbisnis lancar, dan untungnya jelas.
Sementara, Head Public Relation Pertamina Medan Erika, saat dikonfirmasi METRO ASAHAN melalui telepon selulernya, Selasa (22/11), memohon maaf atas kelangkaan BBM premium di Kota Kisaran. Ia menyampaikan, kekosongan itu akibat distribusi terlambat.
Tapi saat ini armada sedang dalam perjalanan dari TBBM Medan Group menuju Kisaran. Pasokan ini akan memenuhi order 12 SPBU di Kisaran, dengan rata-rata penyaluran 120 kiloliter per hari.
‘’Kami mohon maaf atas ketidaknyamanan ini,” ujarnya.
Dikutip dari Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), IGN Wiratmadja Puja menyebutkan bahwa BBM jenis premium ini tidak memenuhi standar Euro IV. Walaupun demikian, Wiratmadja mengingatkan badan penyalur BBM, terutama PT Pertamina (Persero), untuk tidak secara sengaja melakukan pembatasan konsumsi premium, misalnya dengan mengurangi kuota atau selang bensin (nozzle). Namun, ia mengatakan bahwa premium pelan-pelan akan hilang tetapi secara natural, bukan dipaksa.
Menurut dia, kehadiran BBM dengan kadar oktan lebih tinggi, seperti Pertalite dan Pertamax, sebetulnya untuk memberikan alternatif bagi masyarakat. Selain itu, masyarakat juga akan lebih untung apabila memakai BBM selain Premium karena Pertalite dan Pertamax lebih bersih. (mar/dro/ma/int)