SIANTAR– Hati TY hancur. Wanita berusia 36 tahun ini tak kuasa menahan tangis ketika mendengar putri pertamanya Ju (19) menikah dengan pria yang sudah 7 tahun hidup bersamanya. Parahnya, JI (29), teman kumpul kebonya itu juga diduga telah mencabuli Im (13), adik Ju.
Kamis (17/11), TY mendatangi Mapolres Pematangsiantar. Maksudnya adalah mengadukan apa yang terjadi pada keluarganya, termasuk pencabulan yang dialami Im. Bersama putri keduanya itu, TY membeberkan cerita yang membuatnya merasa hancur.
Diungkapkan warga Tanjung Pinggir, Kecamatan Siantar Martoba ini, sebelum hidup bersama dengan JI, ia pernah memiliki suami berinisial SN (37). Saat menjadi pasangan suami istri dengan SM, TY pun melahirkan dua putri yakni Ju dan Im.
Namun cobaan menerpa biduk rumah tangganya. Pertengkaran pun terjadi, meski permasalahan itu terkesan sepele.
Diceritakannya, awal pertengkaran mereka itu karena SN tidak mau disuruh membetulkan cangkul.
‘’Pak betulin cangkul itu. Nanti aku mau kerja, biar enak cangkulku kupakai kerja,” kata TY, menceritakan awal pertengkarannya dengan SN.
Mendengar itu, SN mengaku tidak memiliki martil untuk membetulkan cangkul yang rusak.
‘’Dia bilang, minjam martil siapa. Kujawablah, punya tetangga. Tapi dia gak mau dengan alasan tetangga gak punya martil.
Terus kubilang begini, sudahlah pinjam martil bapakmu, gitu aja. Memang bapaknya kan sudah meninggal, jadi memang salah aku waktu itu,” jelasnya.
Pertengkaran kecil itu ternyata berdampak besar. Tak lama kemudian, SN mencekiknya.
‘’Ya begitulah, aku dicekiknya. Anak-anakku yang dua orang itu melihat dan menjerit minta tolong sama tetangga,” ujar TY.
Selepas itu, pertengkaran selesai. Namun SN gak mau kerja.
‘’Jadi akulah yang kerja hingga kakiku sakit. Kemudian suamiku pergi dari rumah dan kembali ke tempat orangtuanya di Pasar Baru, Sigagak,” ujarnya.
Pasca ditinggal SN, ia pun hidup bersama dua putrinya. Mereka mengontrak rumah di kawasan Tanjung Pinggir, Siantar Martoba, yang masih satu kawasan dengan kediaman pertama saat masih bersama SN.
‘’Kami mengontrak di kamar salah satu sekolah di sana, tepatnya di komplek perumahan guru,” kata wanita yang mengenakan baju berwarna kuning ini.
Setelah tiga tahun berpisah dengan SN, ia semakin getol membesarkan anak-anaknya seorang diri. Namun, ia juga tak menutup hati.
‘’Selanjutnya aku kenalan sama seorang pria yang kini jadi laki keduaku (JI, red). Dia masih lajang. Begitu kenalan, tak lama kami jadian.
Selanjutnya, kami hidup bersama tanpa pernikahan resmi. Kehidupannya tak jelas, di jalanan. Anak saya pun ikut neneknya di Tanjung Pinggir,” kisah TY.
Dikatakan, perkenalan mereka pun diketahui oleh abangnya TY.
“Dia (JI, red) tinggal di Simpang Koperasi dan kampungku di Tanjung Pinggir. Jadi dia main-main di situ, kenalan lah kami. Abangku yang pertama kenal. Dia kan bawa motor. Kenal-kenal begitu, terus kami jadian. Setelah jadian, kami terus lari. Kami hidup bersama kurang lebih tujuh tahun,” terangnya.
Setelah berpindah-pindah, JI dan TY kemudian merantau ke daerah Sinasih, Kecamatan Silau Kahean, Kabupaten Simalungun. Di sana, mereka bekerja sebagai pemukul batu.
‘’Kedua anak saya telantarlah entah ke mana-mana. Namun mengetahui kondisi itu, kedua anak saya dijemput bapaknya (SN) dan dibawa ke Nagahuta. Di sana, Im sekolah dan Ju bekerja,” ujarnya.
Setelah tinggal di Sinasih itu, TY tak diberi izin untuk pulang ke Siantar. Untuk memenuhi biaya hidup, mereka terus bekerja sebagai pemecah batu.
‘’Lalu saya hamil dan butuh biaya. Karena saya tidak bisa bekerja, pendapatan pun minim. Akhirnya, bayi laki-laki yang saya lahirkan, kami berikan ke orang,” tuturnya.
Selanjutnya, selama menjalani hidup di sana, TY hamil lagi. Namun akhirnya ia keguguran. Kemudian hari demi hari, bahkan bulan, berjalan. Lagi-lagi TY hamil.
‘’Anak yang terakhir itulah yang kini sudah berusia 1,5 tahun. Namun saat ini dia dirawat sama adikku. Dari hubungan saya dengan JI, kami dikaruniai dua anak yang hidup,” ungkapnya.
Setelah itu, TY dan JI memutuskan keluar dari Sinasih. Mereka kembali ke kawasan Tanjung Pinggir dan tinggal di sana.
‘’Entah gimana, anakku ini (Ju, red) dihubungi lakiku. Dia pun mau saja. Sejak saat itu mereka kerap berkomunikasi,” jelasnya.
Ya, JI dan Ju kian akrab. Namun TY menganggap hal itu hanya hubungan antara orangtua dengan putrinya. Setelah beberapa bulan kemudian, TY mendengar kabar kalau Ju sudah hamil.
‘’Aku pun tahu dari pacarnya si Ju. Cowoknya itu kan orang Perdagangan. Terus dikasitahunya lagi, si JI sudah menikah dengan putriku (Ju) secara diam-diam. Soal di mana mereka melakukannya, aku tak tahu. Makanya mendengar itu, langsung hancur hatiku,” kata TY dengan mata berkaca-kaca.
TY pun mengingat-ingat tentang Ju saat mereka masih bersama pasca kepulangannya bersama JI dari perantauan di Sinasih.
‘’Si Ju ini memang sering pergi keluar rumah. Handphone-nya pun sering berbunyi. Kalau kutanya siapa yang menelepon, dia mengaku cowoknya dari Lampung. Aku pun curiga. Kubilang sama dia, tak mungkin ia memiliki cowok di Lampung. Kusuruh dia jujur, tapi dia tetap menyembunyikan cerita itu,” katanya sedih.
Kecurigaan TY pun memuncak. Pada hari Jumat, beberapa bulan lalu. Saat itu Ju permisi dan mengaku hendak pergi ke pesta di Tebing. Karena sudah malam hari, TY pun berusaha mencegah. Namun Ju tetap pergi dan tak pulang. Bahkan ketika ditunggui hingga keesokan sorenya, TY tak mendapat kabar dari Ju. Sementara Hp-nya ditinggal di kediaman TY. Sejak saat itu, TY pun mencari informasi tentang putrinya.
Lalu ia pun diberitahu oleh kerabatnya bahwa ternyata Ju sedang bersama JI di kawasan Nagahuta. Bahkan parahnya, keduanya sudah menikah dan tinggal bersama.
‘’Awalnya aku tak percaya. Kemudian aku diajak ke sana langsung. Kami naik kreta tarik tiga. Di sana, kulihat dia (Ju) sedang bersama JI. Mereka memakai sarung di gubuk berdinding tepas. Dia keluar, kutanyai dia diam saja. Apa gak sakit hati awak,” ungkap TY.
Saat itu TY masih sempat menanyai Ju tentang apa yang terjadi sebenarnya. Namun putri pertamanya itu hanya terdiam.
“Baru bersetubuh kalian di sini ya. Itulah yang kubilang, tapi keduanya diam saja. Setelah kami pulang, Ju pun kami tanyai. Tapi dia tetap tidak mengaku dan hanya berdiam diri,” kata TY.
Tepat pada Oktober 2016, TY mendapat kabar buruk. Saat itu ia diberitahu bahwa Ju sudah hamil. Seorang kerabat pun menelepon TY dan menanyai apa yang akan dilakukannya.
‘’Jadi kakak ikhlas Ju hamil? Begitulah dikatakan bibinya saat mengetahui bahwa Ju sudah hamil. Akupun bingung, cemana lagi mau dibuat. Atau kalau pun tidak ikhlas, berakhir bagaimana nantinya? Panik lah, pikiranku bimbang. Lalu Ju datang. Saat ditanya bibinya, dia mengaku dihamili JI. Tapi ketika kutanya, dia tak mengaku. Saat itu Ju sudah hamil 6 bulan,” aku TY.
Selanjutnya dicari cara agar Ju menikah. Lalu Ju pun dibawa ke kawasan Nagahuta. Dia disidang keluarga di sana. Aku gak bisa berkata apa-apa. Dan, akhirnya Ju dinikahkan dengan JI.
‘’Lanjut lah mereka menikah dan sampai sekarang tidak ada kabarnya. Mereka tinggal di daerah Nagahuta. Tapi yang parahnya, Ju sempat cerita ke bibinya kalau Im juga sudah dicabuli oleh JI. Dalam ceritanya kepada bibinya, JI mencabuli Im saat putri keduaku itu masih duduk di kelas enam SD. Sekarang dia sudah SMP. Katanya, Im dibujuk dengan uang Rp50 ribu,” tuturnya sedih.
‘’Sekarang putri pertamaku itu sudah menikah resmi dengan lakiku yang kedua. Mereka tinggal bersama di Nagahuta. Sudah dua minggu ini JI tidak mengirim kami uang. Biaya makan kami gak ada,” pungkasnya.
Dijelaskan, maksud kedatangannya ke Polres Siantar, kemarin, adalah untuk melaporkan JI yang sudah mencabuli Im. Namun saat hendak membuat laporan pengaduan, TY tidak membawa berkas yang berisi data bahwa Im benar anaknya dan masih berusia di bawah umur. Karena laporannya belum diterima, TY pun mengaku akan segera kembali ke kantor polisi. (th/hez)