Kepada wartawan, Kamis (10/11), Kapolsek Hiliduho AKP Arif Harefa melalui Ps Paur Humas Polres Nias Aiptu O Daeli menjelaskan, sesuai dengan keterangan para saksi yang melihat kejadian itu, salah satunya Devi (15), awal keributan terjadi pada Rabu (9/11) sekitar pukul 19.00 WIB. Saat itu korban keluar dari dalam rumahnya, diduga karena ada yang memanggil.
Dan, tak jauh dari rumah itu, saksi Devi mendengar ada suara orang yang memaki-maki. Beberapa saksi lain juga melihat Ucok (51) dan Dama (17) berada di lokasi kejadian membawa tombak dan parang yang diduga digunakan untuk menghabisi korban. Mereka berdua diketahui masih sekampung dengan korban.
Dan, tak lama terdengar suara saling maki, suasana kembali hening dan warga langsung mendatangi lokasi kejadian. Di sana, korban ditemukan sudah tak bernyawa dengan beberapa luka parah di tubuhnya. Di bagian rusuknya tersangkut sejenis tombak dan di bagian bahunya ada beberapa luka menganga bekas bacokan.
Warga kemudian melaporkan kejadian ini ke Polsek Hiliduho. Tak lama, personel polsek dibantu personl Polres Nias mendatangi lokasi kejadian dan langsung melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP). Sedangkan parang dan tombak yang diduga sebagai alat digunakan pelaku untuk menghabisi nyawa korban, belum ditemukan.
Kapolsek menambahkan, setelah kejadian tersebut, dua orang yang diduga sebagai pelaku dan masih tergolong tetangga korban, melarikan diri dan saat ini sedang dalam pengejaran. Sedangkan motif dari kejadian masih dalam penyelidikan.
Sementara, Kasat Reskrim Polres Nias AKP SK Harefa mengatakan, pihaknya sudah melakukan olah TKP ulang, karena malam saat kejadian lokasi sangat gelap. “Diharapkan pada pemeriksaan ulang di TKP, akan didapatkan bukti-bukti baru,” ujar Kasat.
Pembunuhan sadis memang sering terjadi di wilayah Kepulauan Nias. Tercatat, selama tahun 2016, sebelum peristiwa Rabu (9/11) kemarin, ada beberapa peristiwa sebelumnya, seperti pada 12 April 2016, dimana dua petugas Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kota Sibolga tewas dibunuh wajib pajak. Dua petugas pajak itu adalah Parada Toga Fransriano Siahaan, juru sita penagihan pajak KPP Pratama Sibolga dan Sozanolo Lase, pegawai honorer Kantor Pelayanan Pajak Gunungsitoli. Mereka dibunuh pengusaha wajib pajak bernama Agusman Lahagu alias Ama Tety.
Kedua korban dibunuh secara sadis. Saat ditemukan, terdapat luka bacok hampir di seluruh bagian tubuh korban.
Dan, dua hari kemudian, tepatnya 14 April, pembunuhan sadis kembali terjadi, tepatnya di Desa Sitolubanua Fadoro, Kecamatan Moro’o, Nias Barat
Korban yang merupakan seorang siswi SMA, Abdiana Waruwu (16), ditemukan tewas dengan kondisi luka-luka di tubuhnya. Informasi dihimpun, kejadian bermula ketika korban pergi sekolah. Akan tetapi, sampai sore hari, korban tak juga pulang. Padahal, biasanya korban sudah tiba di rumah sebelum sore menjelang.
Merasa ada yang tidak beres, keluarga korban mencoba melakukan pencarian. Mereka pergi ke sekolah dan juga bertanya kepada teman-teman korban. Akan tetapi, setibanya di sekolah, mereka juga tak menemukan korban.
Pihak sekolah yang mereka tanya juga tidak mengetahui di mana keberadaan korban. Sebab saat dilakukan pengecekan, ternyata hari itu korban tidak masuk sekolah.
Dan, keesokan harinya, jenazah korban ditemukan dikubur di pinggir jalan setapak menuju rumahnya yang biasa dilalui korban setiap pergi dan pulang sekolah di Kecamatan Mandrehe, Nias Barat.
Keluarga korban dan polisi curiga melihat bercak darah yang ada di jalan setapak itu. Tidak jauh dari bercak darah itu, mereka menemukan gundukan tanah yang baru digali. Di sana korban ditemukan di kedalaman 50 cm. Keluarga korban mengenal jenazah itu dari jam tangan yang dikenakannya.
Masih di bulan April, yakni pada 23 April, Martatiani Zai (22), warga Desa Ombalata, Kecamatan Alasa, Kabupaten Nias Utara, kritis setelah ditikam beberapa kali oleh selingkuhannya. Informasi yang dihimpun, kejadian bermula saat pelaku, Yanuli Zalukhu (48), yang masih satu kampung dengan korban, diam-diam menghubungi Martatiani. Meskipun sudah memiliki pasangan hidup masing-masing, keduanya pun memilih pergi ke sebuah pondok di Kota Gunungsitoli pada 23 April.
Setelah dua hari berada di sana, pada 26 April korban meminta supaya pelaku mengantarnya pulang. Namun Yanuli yang berprofesi sebagai guru, itu menolak. Terus didesak, pelaku jadi kalang kabut. Dia pun kemudian mengambil sebilah pisau dan menikam korban di bagian dada, perut dan pinggang, hingga bersimbah darah. Karena panik, pelaku kemudian menenggak racun serangga di jatuh terkapar di lokasi.
“Keduanya sudah sama-sama menikah, tapi dua hari sebelum kejadian, pelaku menghubungi korban dan meminta supaya ketemu. Setelah dua hari di Gunungsitoli, korban meminta pulang. Karena didesak, pelaku kemudian menusuk perut korban,” ujar petugas Humas Polres Nias Aiptu O Daili.
Melihat kejadian itu, warga sekitar langsung melapor ke Polsek Lahewa. Petugas yang mendapat informasi datang ke lokasi dan membawa keduanya ke klinik terdekat dan beruntung masih terselamatkan.
Pembunuhan sadis terjadi lagi pada 21 Agustus. Seorang pemilik ruko yang sudah tua ditemukan tewas sangat mengenaskan, di lantai dua ruko tempat ia berjualan. Diduga, korban dibunuh, karena kondisi jenazah mengalami luka yang cukup parah, di mana di bagian leher terlihat luka digorok.
Penemuan mayat pemilik ruko di Jalan Diponegoro Gunungsitoli, 21 Agustus itu pun menggemparakan warga Kota Gunungsitoli.
Melihat luka tusukan dan lebam di seluruh tubuhnya, kemungkinan besar korban sempat melawan dan kedua tangannya diikat dengan sobekan kain putih kecil di belakang. Jenazah korban diketahui pertama kali oleh keluarga, dimana saat itu, korban menggunakan kain celana pendek dengan kondisi sudah terlentang tak bernyawa dan bersimbah darah segar.
Pembunuhan sadis lagi, yakni 4 Oktober, terjadi diduga karena masalah warisan. Ama Gamari (41) tewas bersimbah darah di depan rumahnya di Dusun II, Desa Hilimborodano, Kecamatan Somolo-molo, Kabupaten Nias. Dia dibunuh oleh 3 orang yang masih memiliki berhubungan saudara dengannya.
Pelaksana Harian Kapolsek Gido Iptu Khamzar Gea melalui Ps Paur Humas Polres Nias Aiptu O Daeli menjelaskan, peristiwa berdarah tersebut terjadi sekitar pukul 20.00 WIB. Saat itu korban sedang tidur di ruangan depan rumahnya. Tiba-tiba, para pelaku yang diperkirakan berjumlah 3 orang mendatangi korban di rumahnya. Saat itu ketiga pria itu berteriak memanggil nama korban.
Korban yang saat itu sedang tidur terbangun mendengar namanya dipanggil. Korban kemudian mendatangi sumber suara dengan berjalan menuju pintu depan rumahnya.
Begitu membuka pintu rumah, perkelahian pun terjadi. Namun, karena korban hanya seorang diri, dia akhirnya tidak berdaya menghadapi para pelaku. Korban akhirnya roboh dan tewas di depan rumahnya dengan beberapa luka tusuk. (al/doc/ara/MA/int)