Hal itu diungkapkan Walikota Tanjungbalai M Syahrial SH MH dalam rapat paripurna DPRD Kota Tanjungbalai, Selasa (2/11).
“Untuk mengantisipasi dan menstabilkan kembali kondisi dan harga elpiji bersubsidi ukuran 3 Kg tersebut, Pemko Tanjungbalai telah melakukan koordinasi dengan PT Pertamina – I Medan dengan melakukan dropping gas melon tesebut. Untuk itu, mulai tanggal 03 hingga 05 November 2016 ini, Pemko Tanjungbalai akan mendropping gas melon tersebut ke setiap kelurahan di Kota Tanjungbalai melalui agen dan pangkalan,” ujar M Syahrial.
Pada kesempatan itu, walikota juga mengungkapkan bahwa ada sejumlah faktor yang menyebabkan langka dan mahalnya gas elpiji bersubsidi tersebut di Kota Tanjungbalai. Beberapa diantaranya adalah banyaknya masyarakat ekonomi menengah ke atas yang menggunakan gas elpiji 3 Kg serta masyarakat Kabupaten Asahan yang mengelilingi Kota Tanjungbalai juga ikut membeli gas elpiji 3 kg tersebut dari Kota Tanjungbalai.
Untuk itu, walikota berjanji akan melakukan pengawasan dalam pendistribusian gas elpiji 3 kg tersebut melalui tim monitoring. Katanya, tim monitoring tersebut akan bertugas melakukan pengawasan dan evaluasi terhadap penyaluran gas elpiji 3 kg mulai dari tingkat SPBE, Agen hingga ke setiap pangkalan.
Kepala Bagian Perekonomian Kota Tanjungbalai, Dra Darul Yana Siregar yang dihubungi koran ini, juga membenarkan adanya tim monitoring terhadap pendistribusian gas melon tersebut. Terkait dengan dropping gas elpiji 3 kg yang akan dilakukan tersebut, Darul Yana Siregar mengaku, harganya sesuai dengan harga ecera tertinggi (HET) Kota Tanjungbalai yakni Rp16.000 per tabung.
“Jika ada pangkalan yang menjual gas elpiji bersubsisi tersebut melebihi HET, ijin usahanya akan kita pertimbangkan untuk dicabut,” pungkas Darul Yana Siregar.
Untuk diketahui, baru-baru ini, ribuan warga di enam kecamatan yang ada di Kota Tanjungbalai telah resah dan mengeluh akibat susahnya memperoleh gas elpiji tabung tiga kilogram. Walaupun akhirnya berhasil mendapatkannya setelah berburu gas bersubsidi tersebut ke lintas kecamatan, harga tebusnya sudah mencapai Rp20.000 hingga Rp25.000 per tabung.
Langka dan mahalnya gas melon bersubsidi tersebut juga dibenarkan Buyung Pohan, anggota DPRD Kota Tanjungbalai dari Fraksi PDI Perjuangan. Tokoh politik yang tinggal di Kelurahan Muara Sentosa, Kecamatan Sei Tualang Raso ini mengakui, bahwa dirinya juga telah menerima laporan pengaduan dari sejumlah warga terkait dengan langka dan mahalnya gas melon tersebut.
”Benar, dalam beberapa hari ini, saya setiap hari didatangi warga terkait dengan langka dan mahalnya gas ELPIJI 3 Kg tersebut di Kecamatan Sei Tualang Raso. Bahkan, untuk mendapatkan gas melon tersebut, warga harus mencarinya ke kecamatan lain dengan membayar sebesar Rp20 ribu hingga Rp25.ribu per tabung,” ujar Buyung.
Menurut Buyung, langka dan mahalnya gas melon bersubsidi ini sudah untuk kesekian kalinya terjadi di Kecamatan Sei Tualang Raso, maupun di kecamatan lainnya yang ada di Kota Tanjungbalai. Akan tetapi, imbuhnya, pihak Pemko Tanjungbalai terkesan tidak serius menyikapinya, tanpa alasan yang jelas.
Akibatnya, kasus langka dan mahalnya gas melon tersebut telah diangkat Fraksi PDI Perjuangan DPRD Kota Tanjungbalai dalam rapat paripurna DPRD baru-baru ini. (ck-5/syaf)