terhadap Nur Intan br Rambe (45) terungkap. Ia adalah Andi Liani (22), menantu
korban yang sudah tak pulang ke rumah mertuanya selama tiga minggu.
diserahkan keluarganya yang berada di Dusun VIII Desa Firdaus, Kecamatan Sei
Rampah, Kabupaten Serdang Bedagai, Rabu (30/11).
langsung kabur ke kampung halamannya di Serdang Bedagai. Personel Unit Reskrim
Polsek Perdagangan yang sudah melakukan olah TKP, kemudian mencurigai Andi
sebagai pelaku.
bergerak menuju kediaman orangtua Andi di Serdang Bedagai. Maksudnya adalah
untuk mencari pelaku. Namun saat itu Andi tak berada di rumah itu dan diduga
sedang bersembunyi.
agar keluarga menyerahkan pelaku untuk menjalani proses hukum.
itu disetujui pihak keluarga. Rabu (30/11) sekira pukul 10.00 WIB, keluarga
menghubungi personel Polsek Perdagangan dan memberitahukan bahwa mereka akan
menyerahkan Andi.
penyerahan pelaku oleh keluarga ini akan dilakukan di salah satu lokasi di Kota
Tebingtinggi.
jajarannya langsung berangkat. Sekira pukul 13.30 WIB, Kapolsek dan personel
Polsek Perdagangan tiba di Kota Tebingtinggi.
Andi terlihat ditemani keluarganya dan bertemu dengan polisi. Kapolsek dan
keluarga pelaku juga sempat berbincang-bincang di sebuah rumah makan.
Selanjutnya, sekira pukul 17.30 WIB, Andi Liani yang juga ditemani keluarganya
beranjak dari Tebingtinggi. Dan tiba di Mapolsek Perdagangan dan langsung
menjalani pemeriksaan awal hingga pukul 21.00 WIB tadi malam. Setelah itu,
penyidik Polsek Perdagangan menggiring pelaku ke ruang tahanan. Kapolsek
Perdagangan AKP Asmara yang dikonfirmasi koran ini, membenarkan pihaknya sudah
menahan Andi Liani.
ditahan dan sudah menjalani pemeriksaan awal. Kita masih mendalami apa motif
sebenarnya. Sebab pengakuannya sementara karena sakit hati ke mertua,” jelasnya
singkat.
istri Andi, memecah keheningan malam di Gang Hobu Huta III, Nagori Bandar,
Kecamatan Bandar, Simalungun. Ia panik, histeris sekaligus takut ketika
menyaksikan api membakar tubuh ibunya.
kondisi rumahnya gelap gulita. Dewi yang seharian merasa gelisah, terjaga dari
tidur. Ia pun bangkit dari ranjang dan melangkah keluar menuju kamar sang ibu
Nur Intan br Rambe (45).
melahirkannya itu, Dewi kaget. Ia melihat cahaya api dari benda yang terbakar.
Dan, ketika didekati, ternyata yang terbakar itu adalah ibunya sendiri.
berjalan dan berusaha menyelamatkan diri, walau sebagian tubuhnya sudah
dijalari api.
sudah dipenuhi dengan darah. Lalu, saya teriak dan berusaha menolong ibu dengan
mengeluarkannya dari kamar. Sebab bagian kamar ibu juga sudah terbakar,”
cerita Dewi, sambil menangis mengingat kejadian.
datang ke lokasi.
Intan dan dinding kamar yang mulai membesar.
membuka pintu rumah. Maksud saya agar siapa pun yang datang menolong, bisa
masuk,” tambahnya.
pengobatan alternatif yang berada dekat rumah korban. Namun karena luka bakar
yang diderita cukup parah, Nur Intan dirujuk ke rumah sakit yang ada di Kota
Pematangsiantar.
pun menghembuskan nafas terakhirnya saat masih dalam perjalanan menuju rumah
sakit.
Dewi, juga mengalami luka bakar di bagian kaki. Sedangkan adiknya yang satu
lagi, Kiki Ramadani (17) dan anaknya yang berusia masih 3 bulan tidak mengalami
luka karena langsung dikeluarkan warga dari rumah itu.
berkomentar. Remaja yang disebut-sebut sedang tidur bersama Nurintan saat
kejadian itu diam seribu bahasa. Fatiyah terlihat masih trauma dengan peristiwa
yang dialaminya.
itu ia langsung bergegas datang ke rumah korban bersama warga lainnya, setelah
mendengar teriakan Dewi.
lihat korban sudah terlentang di lantai. Badan korban mengeluarkan darah.
Kurasa dia dipukul dulu baru kemudian dibakar. Karena darah mengalir dari
lukanya,” katanya sambil berlalu.
sampai ke rumah korban, kondisinya gelap gulita.
rumah itu. Tetapi saat listrik dihidupkan, sempat terjadi korsleting.
Selanjutnya listrik dimatikan lagi dan kami mengeluarkan korban dari rumah,”
kata Gibson.
juga sudah disiramkan pelaku ke kamar yang ada di rumah itu.
Kurasa mau dibakar hidup-hidup kami semua,” kata Dewi.
menghabisinya dan anak-anak yang ada di rumah itu.
karena ketahuan sama ibu saya, makanya pelaku kalap dan berusaha melumpuhkan
ibu saya. Sepertinya kepala ibu saya dipukul pakai besi,” ungkapnya.
Hobu Huta III, Nagori Bandar, Kecamatan Bandar, Simalungun, masih dirundung
kesedihan mendalam.
pukul 14.30 WIB, anak-anak korban dan keluarga lainnya tampak berkumpul di sana.
Fatiyah Ramayani (13), yang sempat terbakar saat kejadian. Siswi kelas III
Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri Perdagangan, tepatnya di Nagori Bandar Sawah,
ini hanya diberi pengobatan alternatif. Hal itu tampak dari obat yang
diberikan, berupa obat-obatan herbal dan dedaunan. Faktor ekonomi keluarga yang
‘pas-pasan’ dinilai menjadi alasan Fatiyah mendapat pengobatan ala kadarnya.
ini yang mencari nafkah di rumah itu adalah almarhumah Nur Intan br Rambe, ibu
mereka. Ya, korban yang meninggal dunia sehari sebelumnya selama ini membuka
usaha menjahit pakaian. Penghasilan dari menjahit itu, kemudian dipergunakan
untuk nafkah mereka seisi rumah. Baik itu untuk kebutuhan Dewi, adik-adik dan
anak bayinya, serta suaminya.
Perdagangan, penghasilan yang diterima masih jauh dari cukup.
Buruh Harian Lepas (BHL) di PT SRI yang ada di Lingkungan VII, Kelurahan
Perdagangan I, Kecamatan Bandar. Bahkan katanya, penghasilan Aliamsyah, masih
tetap kurang untuk membiayai keluarga.
penting dan besarnya arti seorang ibu dan istri di rumah itu.
itu, diakuinya ada tanda-tanda yang aneh yang dilihatnya dari sang ibu sebelum
meninggal dunia. Sehari sebelum kejadian, ungkap Dewi, korban bersama anaknya
jalan-jalan keliling Kota Perdagangan. Padahal saat itu cuaca sedang hujan.
terus ngotot mengajak Fatiyah jalan-jalan. Kemudian, ibu dan Fatiyah, adik kami
yang paling kecil, pergi,” kenang Dewi, sambil meneteskan air mata.
tidurnya pun terasa tak pulas.
menceritakan, ia juga memiliki kenangan yang gak bisa dilupakan bersama
almarhumah.
bersamaku, kakak dan adik,” jelasnya.
sadis itu dihukum setimpal dengan perbuatannya.
sebagai suami dan ayah dari anakku,” ujar Dewi yang juga diamini Kiki Ramadani
dan keluarga lainnya.
menyerahkan semua permasalahan hukum ini kepada aparat penegak hukum.
SAAT ditemui tadi malam, Andi membenarkan bahwa ia menyerahkan diri atas permintaan dari pihak kepolisian.
‘’Memang begitu. Aku diminta abang untuk menyerahkan diri. Karena perbuatanku ternyata telah menghilangkan nyawa mertuaku sendiri. Aku baru tahu kalau mertuaku meninggal, Selasa (29/11) jam tiga sore. Itu pun setelah diberitahukan keluarga,” katanya.
Ia mengaku, sebenarnya niat membunuh dengan cara membakar yang berkecamuk di dadanya sempat pupus. Namun malam itu, ternyata aksinya masuk ke kediaman mertua yang juga tempatnya tinggal selama ini, diketahui Nur Intan br Rambe. Karena panik saat diusir dan diancam akan diteriaki maling oleh korban, Andi nekat menganiaya mertuanya itu dan menyiramkan minyak pertalite ke tubuhnya.
‘’Aku memang ada sakit hati dengan perlakuan ibu mertuaku itu. Dia selalu menghinaku dan berusaha memisahkan aku dengan anak dan istri. Hampir setiap hari aku dihina. Tetangga pun tahu kalau aku sering dimarahi mertua. Memang ada niat membunuh, tapi malam itu, niat tersebut sempat pupus dan enggan kulakukan. Aku panik karena ketahuan masuk rumah. Ditambah lagi dia (korban, red) mengusirku dan mengancam akan meneriaki maling,” jelasnya.
Andi kemudian mengaku khilaf. Sesungguhnya, ia sangat menyayangi anak dan istrinya.
‘’Aku memang khilaf. Aku panik malam itu. Aku melakukannya seorang diri bang, tak ada kawan atau orang lain bang. Makanya setelah kejadian, malam itu juga aku langsung lari naik kreta menuju rumah orangtuaku di Serdang Bedagai. Aku lewat jalan yang ke arah Tanjung Kasau itu,” ungkapnya, sembari mengaku menyesali semua perbuatannya.
Kemudian Andi pun menceritakan kronologi peristiwa sadis yang terjadi di kediaman mertuanya itu.
‘’Tadinya aku memang niat mau membakar. Tapi niat itu pupus karena aku masih sayang sama anak dan istriku. Kemudian minyak pertalite yang kubeli di daerah Perlanaan seharga Rp15 ribu sempat kusimpan di belakang rumah,” ucapnya.
Nah, setelah sampai di rumah itu, ia kemudian memutus aliran listrik dari depan rumah.
‘’Setelah lampu padam, aku masuk dari belakang rumah. Niatku saat itu hanya ingin bertemu anak dan istriku. Tapi begitu sampai di depan pintu kamar tidur belakang (kamar korban, red) ternyata kedatanganku diketahui mertua,” ujarnya.
Saat itu, Nur Intan br Rambe menyuruhnya pergi dari rumah tersebut.
‘’Ngapai kau kemari. Pergi kau atau kuteriaki maling!” kata Andi mengingat perkataan korban.
Karena mendengar akan diteriaki maling, Andi pun kalap.
Ia langsung mencari alat pemukul yang berada di sekitarnya.
‘’Begitu dapat, langsung kupukul kepalanya. Setelah terjatuh, kuambil minyak yang kubawa tadi dan kusiramkan ke ibu mertua itu dan kubakar. Habis itu aku lari. Padahal sebenarnya aku sudah tak berniat membakar,” ucapnya, dengan nada menyesal, sambil meninggalkan wartawan koran ini menuju ruang tahanan. (adi/hez/ma/int)